Presiden Joko Widodo baru-baru ini menyerukan kampanye masyarakat benci produk asing sebagai wujud untuk mendukung perekonomian dalam negeri. Pernyataan tersebut disampaikan Jokowi dalam pidatonya saat membuka Rapat Kerja Kementerian Perdagangan (Kemendag) 2021 pada Kamis (4/3/2021) lalu.
“Ajakan-ajakan untuk cinta produk-produk kita sendiri, produk-produk Indonesia harus terus digaungkan, produk-produk dalam negeri. Gaungkan juga benci produk-produk dari luar negeri,” kata Jokowi dikutip dari pemberitaan Kompas.com, Sabtu (6/3/2021).
Jokowi menyebut, kampanye cinta produk Indonesia dan benci produk luar negeri perlu digaungkan supaya masyarakat loyal terhadap hasil karya anak negeri. “Bukan hanya cinta, tapi benci. Cinta barang kita, benci produk dari luar negeri. Sehingga betul-betul masyarakat kita menjadi konsumen yang loyal sekali lagi untuk produk-produk Indonesia,” kata Jokowi. Namun ajakan membenci produk asing seolah kontradiksi dengan kebijakan pemerintah terbaru yang kembali membuka impor beras sebanyak 1 juta ton.
Pemerintah menjelaskan pemberian alokasi impor beras pada Perum Bulog tahun ini dilakukan sebagai antisipasi atas pandemi yang berkepanjangan. Impor beras pun dilakukan untuk memastikan pemerintah bisa terus menyalurkan beras ketika ada gangguan pasokan dari produksi di dalam negeri.
“Sebagaimana diketahui kita masih di situasi pandemi. Dari FAO sendiri ada potensi krisis pangan dan semua negara harus menjaga ketersediaan. Pasar pangan juga jarang, jadi kita harus antisipasi. Jangan sampai nanti pasokan di luar tidak ada dan di sini juga tidak ada, kita harus siap-siap,” kata Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Musdhalifah Machmud kepada Bisnis.com, Minggu, 7 Maret 2021.
Musdhalifah mengatakan impor tetap akan dilakukan meski terdapat potensi produksi tahun ini akan naik. Dia menjelaskan potensi surplus beras yang dinikmati Indonesia tahun ini tidak terlalu besar dan berpeluang membuat pasokan ketat.
Di sisi lain, Musdhalifah mengemukakan stok cadangan yang dikelola Bulog telah berada di angka 1 juta ton atau berada di bawah volume minimal yang diamanatkan pemerintah untuk stabilitas pasokan. Karena itu, stok beras Bulog perlu ditambah di tengah berlanjutnya tugas penyaluran beras untuk mencegah munculnya spekulasi harga.
“Jadi ini bagian antisipasi. Selain itu hasil panen raya sekarang hanya bisa digunakan beberapa bulan, sampai akhir tahun kita harus antisipasi terus,” katanya.
Berkenaan dengan waktu realisasi impor, Musdhalifah mengatakan waktu pemasukan akan sepenuhnya diatur oleh Perum Bulog dan Kementerian Perdagangan. Dia memastikan Bulog akan terus melakukan penyerapan guna mencegah turunnya harga beras di tingkat usaha tani.
Adapun dalam rangka penyaluran, pemerintah telah menyiapkan sejumlah kanal seperti program ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga (KPSH) yang berlangsung sepanjang tahun dan juga penyaluran beras bantuan sosial.
“Sementara KPSH terus berjalan, bantuan beras juga terus digulirkan selama pandemi. Jadi potensi penyaluran Bulog besar. Kita harus jaga terus stoknya di angka 1 sampai 1,5 juta ton. Kalau stok di bawah 1 juta ton, ada peluang pasar bisa spekulasi harga, padahal masyarakat sedang dalam kondisi susah,” kata dia.
Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaluddin Iqbal memastikan impor beras yang ditugaskan kepada Bulog tidak akan mengganggu proses panen yang memasuki puncaknya Maret ini. Perusahaan pun akan tetap memprioritaskan penyerapan beras dari dalam negeri.
“Sekiranya kami sudah menerima penugasan tertulis, dalam pelaksanaannya Bulog akan memperhitungkan masa panen. Bagi kami sumber pengadaan utama adalah produksi petani di dalam negeri,” kata Iqbal.
Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas Santosa meminta pemerintah meninjau ulang rencana impor beras setelah panen raya berakhir. Volume dan waktu impor sebaiknya ditentukan pada Juli atau Agustus ketika potensi produksi sepanjang 2021 dapat diketahui.
Sumber :
https://money.kompas.com/read/2021/03/06/065344826/usai-serukan-benci-produk-asing-pemerintah-umumkan-buka-impor-beras
https://bisnis.tempo.co/read/1439774/alasan-pemerintah-impor-beras-saat-produksi-diproyeksi-naik