Budidaya pertanian saat ini sangat tergantung oleh penggunakan bahan kimia untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman, karena penggunaan yang simple dan efek yang cepat, namun disisi lain memiliki berbagai kelemahan diantaranya dapat membunuh musuh alami, menyebabkan resurjensi dan resistensi OPT dan berbagai dampak negatif lainnya yang akhirnya merugikan petani sendiri, apalagi dengan penggunaan yang tidak tepat dan sesuai dengan dosis.
Di sekitar kita banyak tanaman yang sebenarnya bisa digunakan sebagai
pestisida terutama insektisida untuk berbagai jenis hama. Tanaman ini bisa di ekstrak untuk menjadi pestisida nabati (botani).
Insektisida nabati (insektisida botani), yakni bahan aktif insektisida yang diekstrak dari tumbuhan, seperti azadiraktin, nikotin, rotenon, dan seterusnya.
Penggunaan insektisida nabati ini sebenarnya sudah lama dikenal sejak abad ke 18 dan digunakan oleh petani diantaranya daun tembakau (1763), bubuk piretrum dari
bunga Chrysantemum (1840), dan akar tuba (Derris eliptica).
Berikut adalah beberapa insektisida nabati yang telah dapat dimurnikan bahan aktifnya, dan diproduksi secara komersial, meskipun banyak di antaranya yang belum dipasarkan di Indonesia.
Asam sitrat (citric acid)
Asam sitrat diekstraksi dari buah jeruk, digunakan sebagai insektisida untuk mengendalikan berbagai jenis serangga, seperti semut, aphids, kumbang, ulat, wereng daun, kutu dompolan, tungau dan kutu kebul, pada tanaman buah-buahan, sayuran dan tanaman hias.
Azadiraktin (azadirachtin)
Ekstrak biji mimba (Azadirachta indica) sejak lama diketahui mempunyai efek insektisida. Azadiraktin (AZA) adalah senyawa kimia utama dari ekstraksi atas bijibiji mimba (neem). Disamping azadiraktin, ekstrak biji mimba juga mengandung senyawa limonoid lainnya, seperti nimbolid, nimbin dan salanin. Ekstrak biji mimba, atau “neememulsion” mengandung 25% (berat/berat) azadiraktin, 30-50% senyawa limonoid lainnya, 25% asam lemak dan 7% ester gliserol. Azadiraktin bekerja sebagai antagonis ecdyson (ecdyson adalah hormon yang bertanggung-jawab atas proses pergantian kulit serangga), sehingga ecdyson tidak bekerja dengan baik dan serangga hama yang terpapar akan tergganggu proses ganti kulitnya, sehinnga mati. Oleh karena itu azadiraktin dapat diklasifikasikan sebagai penghambat pertumbuhan serangga (insect growth regulator : IGR) Azadiraktin digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis hama dari genusgenus yang berbeda. Efektif untuk mengendalikan kutu kebul (Bemisia spp.), thrips, pengorok daun, aphids, larva Lepidoptera (ulat), kutu sisik, kumbang dan kutu dompolan, pada sayuran (tomat, kubis, kentang), kapas, teh, tembakau, kopi, dan tanaman hias. LD50 (tikus) >5000 mg/kg, dermal (kelinci) >2000 mg/kg bb. Tidak menyebabkan iritasi pada kulit, tapi sedikit pada mata (kelinci). Klasifikasi toksisitas EPA (formulasi) kelas IV. Azadiraktin dipasarkan di Indonesia dengan nama-nama dagang Natural 9 WSC, Nimbo 0,6 AS dan Nospoil 8 EC, dan didaftarkan (dalam hal ini Nimbo) untuk mengendalikan kutu daun Myzus persicae dan ulat grayak Spodoptera litura pada tanaman cabai.
Azadiraktin-dihidro (dihydroazadirachtin)
Insektisida dihidroazadiraktin (DAZA) adalah bentuk terreduksi dari azadiraktin alami. Sifat-sifatnya mirip dengan azadiraktin, demikian halnya dengan cara kerja (mode of action) dan hama sasarannya. LD50 (tikus) >5000 mg/kg, dermal (kelinci) >2000 mg/kg bb.
Ekstrak bawang putih
Digunakan sebagai pengusir serangga (insect repellent) dan harus digunakan sebelum ada serangan serangga hama. Mungkin senyawa mengandung sulfur yang terdapat dalam ekstrak bawang putihlah yang bertanggung-jawab atas efek repellent-nya. Beberapa produk berisi ekstrak bawang putih telah diproduksi secara komersial. Dalam penggunaannya dicampur dengan horticultural oil atau minyak ikan, diencerkan sesuai dengan rekomendasi produsennya, dan disemprotkan dengan volume tinggi pada tanaman yang dilindungi. Waktu aplikasikan sebaiknya menjelang sore, dan diulangi setiap 10 hari. Ekstrak bawang putih mungkin juga mengusir serangga penyerbuk. Karena itu jangan digunakan saat tanaman berbunga, apabila kehadiran serangga penyerbuk penting bagi produksi tanamannya. Ekstrak bawang putih praktis tidak berbahaya (dalam takaran normal). Ekstrak bawang putih juga dimanfaatkan sebagai suplemen makanan dan dalam masak-memasak.
Eugenol (4-allyl-2-methoxyphenol)
Eugenol (minyak cengkih) diekstrak dari berbagai jenis tanaman, termasuk cengkih, bersifat sebagai insektisida. Cengkih mengandung antara 14-20% minyak cengkih. Digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis serangga hama, termasuk kutu tanaman (aphids), ulat grayak, kumbang, ulat tanah, belalang, tungau, dsb., pada tanaman sayuran dan buah-buahan.
Kapsaisin (Capsaicin)
Kapsaisin adalah senyawa kimia yang terdapat pada tanaman Solanaceae dari genus Capsicum (berbagai macam cabai), dan merupakan senyawa kimia yang bertanggung-jawab atas rasa pedas pada cabai. Senyawa ini merupakan pengusir serangga dan tungau, serta mempunyai efek sebagai insektisida. Juga dikatakan dapat mengurangi transpirasi tumbuhan. Produk komersial dengan nama dagang Armorex mengandung campuran ekstrak cabai (kapsaisin) dengan mustard oil (allyl isothiocyanate) digunakan dengan cara dikocorkan (soil drench) sebelum tanam, dan dapat mengendalikan berbagai jenis cendawan tular tanah (termasuk Pythium, Rhizoctonia, Phytophthora, Pyrenochaeta, Sclerotium, Armillaria dan Plasmodiophora), serangga tanah seperti ulat potong (Agrotis), lundi (uret, larva kumbang), molluska, nematoda (Tylenchus, Pratylenchus, Xiphinema, dsb.), serta sejumlah gulma. Kapsaisin dikatakan dapat mengganggu metabolisme serangga dan bekerja pada susunan syaraf sentral serangga.
Karanjin
Insektisida dan akarisida karanjin diekstrak dari biji tumbuhan Derris indica (Pongamia pinnata). Bentuk WP didapat dengan menggiling biji hingga menjadi tepung. Digunakan untuk mengendalikan tungau, kutu sisik, serangga pengunyah dan penusuk-pengisap, serta beberapa jenis jamur. Terutama efektif untuk mengendalikan kutu kebul (whiteefly) thrips, pengorok daun, aphids, ulat, kutu sisik dan kutu dompolan pada berbagai jenis tanaman termasuk sayuran, kapas, teh, tembakau, dan tanaman hias. Karanjin bekerja dengan berbagai macam cara. Karanjin adalah penghalau serangga (insect repellent), antifeedant (menghilangkan nafsu makan serangga), menekan kegiatan hormon ecdyson (hormon yang mengatur pergantian kulit serangga), karenanya bertindak sebagai insect growth regulator (IGR). Dikatakan pula bahwa karanjin mampu menghambat sitokrom P450 pada serangga dan tungau yang peka. Digunakan dengan cara disemprotkan. Tidak ada bukti adanya efek alergi dan efek negatif lainnya, baik pada produsen, formulator maupun pengguna.
Minyak kanola (canola oil)
Minyak kanola diekstrak dari biji kanola (iolseed rape plants, Brassica napus dan Brassica campestris). Efektif untuk mengendalikan, dengan cara mengusir (insect repellent) berbagai jenis serangga hama pada berbagai jenis tanaman, termasuk sayuran, tanaman hias, buah-buahan,
jagung, bit gula, kedelai, dan sebagainya. Digunakan dengan cara disemprotkan atau dialirkan lewat saluran irigasi.
Nikotin
Nikotin adalah senyawa bioaktif kimia utama dari tanaman tembakau (Nicotiana tabacum, N. glauca dan N. rustica) serta beberapa tumbuhan dari familia Lycopodiaceae, Crassulaceae, Leguminosae, Chenopodiaceae dan Compositae. Nikotin sejak lama digunakan sebagai insektisida. Rata-rata kandungan nikotin pada N. tabacum dan N. rustica adalah 2% hingga 6% berat kering. Dahulu nikotin diproduksi dalam bentuk ekstrak dari daun tembakau, tetapi kini dibuat dan dijual dalam bentuk nikotin teknis atau nikotin sulfat. Nikotin adalag racun non-sistemik, terutama aktif dalam fase uapnya, tetapi juga memiliki sedikit efek sebagai racun kontak dan racun perut. Bekerja pada syaraf serangga dengan memblok reseptor (penerima) kholinergik asetilkholin. Merupakan insektisida yang sangat toksik, berspektrum sangat luas, digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis serangga hama, termasuk aphids, thrips dan kutu kebul; pada berbagai tanaman. LD50 oral pada tikus antara 50-60 mg/kg, LD50 dermal (kelinci) 50 mg/kg. Mudah diabsorbsi oleh kulit, beracun bagi manusia bila berkontak dengan kulit. Merupakan racun inhalasi yang sangat toksik. Klasifikasi toksisitas WHO (bahan aktif) kelas Ib, dan EPA (formulasi) kelas I.
Piretrum
Bubuk piretrum, yakni tepung yang diperoleh dari bunga semacam krisan, telah digunakan sebagai insektisida di berbagai belahan bumi sejak jaman purba. Tanaman ini mungkin berasal dari Cina, yang selanjutnya menyebar ke barat lewat jalur sutera ke Persia pada abad pertengahan. Bubuk piretrum kemudian dikenal pula sebagai Persian Insect Powder. Selanjutnya tanaman ini menyebar ke pesisir laut Adriatik di Dalmatia (bagian dari Kroasia). Piretrum diperoleh dari bunga tumbuhan semacam krisan, yakni Chrysantemum cinerariaefolium (Pyrethrum cinerariaefolium, Tanacetum cinereriaefolium). Ekstrak ini selanjutnya dimurnikan menggunakan metanol. Ekstrak piretrum terdiri atas 3 kelompok senyawa, yang keseluruhannya terdiri atas 6 senyawa bioaktif yakni piretrin (piretrin I dan II), jasmolin (jasmolin I dan II) dan sinerin (sinerin I dan II).
Rotenon
Rotenon merupakan senyawa kimia bersifat insektisida yang diekstrak dari tanaman akar tuba (Derris eliptica & Derris maccensis), Lonchocarpus sp., dan Tephrosia sp. Sejak lama perasan akar tuba digunakan untuk meracuni ikan. Rotenon efektif untuk mengendalikan berbagai serangga hama, termasuk aphids, thrips, tungau, semut merah, dan sebagainya. Bila diaplikasikan ke air mampu mengendalikan larva nyamuk. Juga digunakan untuk mengendalikan ektoparasit ternak (bidang peternakan) dan di bidang perikanan digunakan untuk mengendalikan ikan buas. Di bidang pertanian digunakan pada tanaman hias dan sayuran. Rotenon bekerja sebagai penghambat transport elektron pada respirasi serangga sasaran (pada lokasi I). Bersifat non-sistemik, racun kontak dan racun lambung. LD50 oral (tikus putih) 132-1500 mg/kg, mencit putih 350 mg/kg. LD50 dermal (kelinci) >5000 mg/kg bb. Kelas toksisitas WHO (bahan aktif) kelas II, EPA (formulasi) kelas I dan III. Perkiraan dosis mematikan untuk manusia antara 300500 mg/kg. Sangat beracun bila terhisap dibandingkan dengan bila termakan. Rotenon beracun bagi ikan, dan sangat beracun bagi babi.
Ryania
Ryania diekstrak dari tumbuhan Ryania speciosa, dan digunakan sebagai insektisida untuk mengendalikan serangga Cydia pomonella, penggerek batang jagung Ostrinia nubilalis serta thrips pada jeruk. LD50 oral (tikus) 1200 mg/kg bb.
Sabadila
Sabadila diekstrak dari biji Schoenocaulon officinale dan mengandung bahan aktif veratrin yang merupakan campuran 2 : 1 dari sevadin, veratridin dan komponen minor lainnya. Sabadila merupakan insektisida kontak dan selektif untuk untuk mengendalikan thrips pada jeruk dan advokat.
Sitronela
Sitronela diakstrak dari tanaman sereh wangi, dan telah digunakan sebagai pengusir (insect repellent) nyamuk, dsb., sejak 1901. Selain mengandung sitronela, ektrak tanaman ini juga mengandung senyawa-senyawa minor lainnya, seperti alpha-sitronela, sitronelol dan alpha-sitronelol.