Pertanian modern tidak pernah lepas dari permasalahan di lapangan baik oleh cuaca, iklim sampai serangan hama dan penyakit. Teknik pengendalian hama dan penyakit saat ini tidak bisa dilepaskan dari penggunaan bahan kimia, yang biasa kita sebut pestisida, di beberapa daerah kadang mereka menyebutnya racun atau obat.
Dalam prakteknya terkadang petani mencampur lebih dari 2 jenis pestisida untuk memperluas spektrum pengendalian serta menguatkan efikasinya, namun pertanyaannya apakah pestisida bisa di campur dan bagaimana dampaknya?
Daftar Isi :
Syarat pencampuran pestisida
- Ada alasan kuat untuk mencampur.
- Bahan kimia atau formulasi yg kita campur kompatibel (cocok) satu dengan lainnya, secara fisik-kimiawi.
Alasan mencampur pestisida
Ada beberapa alasan untuk mencampur, yaitu:
- Untuk menghemat waktu penyemprotan.
- Untuk memperluas spektrum pengendalian.
- Untuk memperkuat daya bunuh (efikasi) terhadap OPT tertentu.
- Untuk mencegah terjadinya kekebalan (resistensi) OPT, dan/atau memecah OPT yg sudah resisten terhadap bahan aktif tertentu.
Untuk masing-masing tujuan/alasan mungkin saja diperlukan persyaratan ýang berbeda, olehnya mari kita bahas satu persatu alasan petani mencampur pestisida :
1. MENGHEMAT WAKTU
Kalau, pada saat yang sama tanaman kita diserang oleh OPT yang berbeda (misalnya hama dan penyakit), maka pestisida yang berbeda (misalnya insektisida dan fungisida) yang cocok. Adakah campuran jadi (formulasi) insektisida dan fungisida? Sepertinya belum lazim di Indonesia. Tapi ada contoh saat ini campuran formulasi pabrik bahan aktif insektisida (fipronil) digabung dengan fungisida (metil tiofanat dan piraklostrobin), meskipun hanya didaftarkan sbg insektisida (Standak 500 FS). Bagaimana dengan mencampur sendiri (tank mix)? untuk efisiensi waktu aplikasi.
Syaratnya hanya 2 yakni:
- Komponen bahan aktif sesuai dengan OPT sasaran, dan
- Secara kimia-fisik dan formulasi cocok (kompatibel).
Sebelum mencampur pestisida hendaknya dilakukan penelitian terlebih dulu, apakah campuran itu baik dengan perbandingan bahan aktif yang tepat pula. Inilah kelebihan dari campuran oleh produsen (formulasi campuran siap pakai), karena tentu sudah diteliti terlebih dulu oleh produsen, baik penelitian sendiri atau berdasar literatur/referensi hasil penelitian. Formulasi campuran dari produsen yang diperdagangkan tentu sudah juga diuji oleh Komisi Pestisida dan mendapat izin resmi.
Sebelum mencampur (tank mix), cari informasi tentang bahan aktif yang akan dicampur. Informasi tersebut kadang dicantumkan pada label (contohnya: jangan dicampur dengan bahan alkali). Tapi kadang harus kita cari di spesifikasi produk atau referensi lain (misalnya, di Pesticide Manual bahwa abamektin tidak boleh dicampur dengan fungisida captan).
2. CAMPURAN UNTUK MEMPERLUAS SPEKTRUM PENGENDALIAN
Pestisida umumnya diproduksi untuk mengendalikan OPT tertentu. Namun di dunia nyata yg kita hadapi bukan hanya satu OPT. Karenanya, mencampur pestisida kadang dilakukan (baik formulasi pabrik atau tank mix) untuk memperluas pengendaliannya.
Syarat:
- Cocok dengan OPT sasaran
- Secara kimia-fisik kompatibel
Campuran utk memperluas pengendalian banyak dilakukan di herbisida. Berikut beberapa contohnya:
- Herbisida daun dicampur dengan herbisida tanah: paraquat + diuron.
- Herbisida untuk gulma daun lebar dicampur dengan herbisida untuk gulma daun sempit: 2,4D + glifosat, 2,4D + florasulam, 2,4D + metsulfuron, dst.
- Atrazin + mesotrion, atrazin + nikosulfurin, dsb untuk menuntaskan beragam gulma pada jagung.
Di bidang insektisida, tidak banyak campuran formulasi untuk memperluas spektrum pengendalian (kebanyakan campuran untuk meningkatkan daya bunuh). Tapi ada contoh formulasi jadi antara bahan aktif yg kuat untuk wereng (tiametoksam) dengan bahan aktif yang kuat utk penggerek batang (klorantaniliprol) contohnya Virtako 300 SC. Juga lambda sihalotrin (broad spektrum, kontak) + tiametoksam (untuk penusuk penghisap, sistemik) contohnya Alika .
Di bidang fungisida campuran untuk memperluas spektrum pengendalian contohnya difenokonazol atau heksakonazol (kuat untuk ascomycetes dan deuteromycetes) dicampur dengan azoksistrobin (cukup baik untuk oomycetes). contohnya Amistartop 325 SC
Ada banyak campuran jadi antara fungisida non-sistemik (mankozeb, klorotalonil, trineb) dengan fungisida sistemik (yg kuat untuk oomycetes seperti metalaksil, simoksanil, fluopikolid, mandipropamid, dst). Meskipun campuran itu, dalam pengertian tertentu, juga memperluas spektrum pengendaliannya, tetapi campuran tersebut lebih ditujukan pada strategi pencegahan resistensi.
3. CAMPURAN UNTUK MENINGKATKAN DAYA BUNUH (EFIKASI) PESTISIDA
Tidak mudah menjelaskan maksud dari “meningkatkan daya bunuh” atau “efikasi”, pestisida terhadap OPT. Karena OPT menjadi “bandel’ bisa bermacan-macam sebabnya. Mungkin yang dimaksud dengan meningkatkan daya bunuh dalam hal ini adalah “sinergi”, yang dalam pencampuran pestisida adalah: campuran dari dua bahan aktif pestisida, atau pestisida dengan bahan lainnya, yang menghasilkan respons yang jauh lebih baik, dibandingkan kalau bahan aktif tersebut diaplikasikan sendiri-sendiri (Fishel, 2013: Pesticide Interaction).
Contoh yg paling terkenal dari sinergisme adalah pencampuran piperonil butoksida untuk meningkatkan daya bunuh insektisida piretroid.
Bagaimana mengetahui bahwa pestisida A dimix dengan B akan sinergi? Ya harus dibuat percobaan atau penelitian yang membandingkan daya bunuh campuran AB dengan daya bunuh kalau A dan B diaplikasikan sendiri-sendiri.
Syarat pencampuran untuk meningkatkan daya bunuh:
Meningkatkan daya bunuh herbisida terhadap gulma dapat dicapai dengan mencampurkan penembus yang berfungsi merusak lilin daun gulma sehingga herbisida lebih cepat masuk ke jaringan daun. Pencampuran dengan ZA juga baik utk mendongkrak efikasi herbisida.
Dibawah ini saya berikan contoh beberapa formulasi campuran insektisida dan fungisida dari pabrik yang beredar di pasaran, yang tentunya sudah diteliti terlebih dahulu dan mendapat izin dari yang berwenang (Diambil dari Sistem Informasi Pestisida, Direktorat Pupuk & Pestisida, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementan).
- Abamektin + profenofos (Spodoptera)
- Abamektin + klorpirifos (Spodoptera dan Thrips)
- Abamektin + acetamiprid (Lamprosema)
- Abamektin + triazofos (Spodoptera dan Helicoverpa)
- Abamektin + klorfenapir (Myzus)
- Abamektin + klorantaniliprol (Spodoptera dan Helicoverpa)
- Asefat + imidakloprid (Crocidolomia)
- Beta-siflutrin + klorfenapir (Spodoptera)
- Beta-sipermetrin + emamektin (Lepidoptera)
- Sipermetrin + klorpirifos (Lepidoptera)
- Klorfluaziron + emamektin (Lepidoptera)
- Dimehipo + propoksur (wereng)
Untuk fungisida, beberapa contoh formulasi pabrik utk meningkatkan efikasi adalah:
- Azoksistrobin + trisiklazol (blast padi)
- Propikonazol + trisiklazol (blast padi)
- Famoksadon + oksatiapiprolin (Phytophthora).
4. PENCAMPURAN INSEKTISIDA UNTUK MENUNDA RESISTENSI HAMA
Hama menjadi kebal terhadap pestisida tertentu karena bermacam-macam sebab. Yg berhubungan dengan insektisida umumnya karena penggunaan insektisida yg sama (baik bahan aktif, kelas kimia, atau MoA (Mode of Action), secara terus menerus.
Kelebalan hama dapat ditunda (diperlambat) dengan mengganti-ganti (me”rolling”) penggunaan insektisida dengan insektisida yang berbeda cara kerjanya (MoA = Mode of Action). Dapat juga digunakan campuran insektisida yang MoA-nya berbeda. Bukan hanya beda bahan aktif atau kelas kimianya, karena kelas kimia yg berbeda (misalnya organofosfat dan karbanat) bisa saja MoA-nya sama.
Insektisida dibagi atas sekitar 29 grup, yang ditandai dengan angka (grup 1, grup 2, grup 3 sampai group 29).
Contoh beberapa grup MoA dan beberapa anggotanya.
Bagaimana kita tahu insektisida ini atau itu masuk dlm MoA yg mana? Jawabnya tidak mudah. Anda dapat men-download daftar kode grup MoA dari laman IRAC atau MyAgri. Nantinya (sekarang baru beberapa produk) kode MoA akan dicantumkan di kemasan pestisida (lihat foto) utk memudahkan pengguna.
Kuncinya untuk menunda kekebalan hama, atau memecahkan masalah hama yang sudah resisten, gunakan campuran insektisida yang berbeda MoA-nya. Atau dengan mengganti (alternasi, rolling) dengan insektisida yang berbeda MoA-nya. Harus diingat bahwa kedua bahan aktif yg dicampur, meski beda MoA, harus efektif (diperuntukkan) bagi spesies hama yg menjadi sasarannya.
Contohnya penerapannya sebagai berikut :
- Abamektin (grup 6) dengan klorpirifos atau triazofos atau bahan aktif profenofos (grup 1)
- Abamektin (grup 6) dengan klorfenapir (grup 13)
- Sipermetrin (grup 3) dengan klorpirifos (grup 1)
- insektisida bahan aktif imidakloprid (grup 4) dng asefat (grup 1)
- Emamektin (grup 6) dengan klorfluazuron (grup 15)
Kalau boleh saya sarankan satu bahan aktif jangan digunakan lebih dari 4 kali per musim.
Teman-teman barangkali kenal tabel terkenal dari Donald Devris (lihat foto) dibawah ini. Itu juga boleh jadi acuan. Sayang tabel tsb tidak berdasarkan MoA, tetapi berdasar kelas kimia (kelas kimia yg berbeda belum tentu beda MoA-nya). Itu pun tidak mencantumkan semua kelas kimia.