Berbicara tentang pestisida banyak sekali istilah baru yang kadang-kadang asing di telinga kita terutama para petani, selain rumus kimia dan formulasinya yang rumit, ada beberapa istilah yang sering di pakai di dunia pestisida yang penting untuk kita mengerti diantara adalah LD 50, ADI dan NAOEL.
LD50 (Lethal Dose 50%) adalah angka untuk mengukur daya racun suatu bahan/zat. LD50 adalah dosis yang mematikan 50% dari hewan uji (tikus, kelinci dsb). LD50 dinyatakan dalam miligram per kilogram berat badan (mg/kg bb) hewan uji. Ada LD50 oral (lewat mulut, dimakan), ada pula LD50 dermal (lewat kulit).
LD50 baik sekali untuk membandingkan daya racun (toxicity, toksisitas) dari pestisida (atau bahan lainnya) yang satu dengan lainnya. Intinya makin kecil angka LD50 semakin beracunlah pestisida tersebut..
Contoh LD50 (oral) dari karbofuran adalah 8 mg/kg bb dan LD50 (oral) tiametoksam adalah 1563 mg/kg bb, maka kita tahu bahwa karbofuran jauh (195 kali) lebih beracun dibandingkan dengan tiametoksam.
Semua pestisida ada angka LD50-nya. LD50 tidak dicantumkan di label/kemasan, namun formulator (perusahan pestisida) wajib menyerahkannya untuk pendaftaran/registrasi.
Agar petani pengguna tahu tingkat daya racun dan tingkat bahayanya, pada label/kemasan hanya diberikan kode/pita warna kuning (berbahaya), biru (agak berbahaya), dan hijau (dalam penggunaan normal tidak terlalu berbahaya) (lihat foto).
ADI (Acceptable Daily Intake, Asupan Harian yg Dapat Diterima), adalah jumlah bahan racun (termasuk pestisida) yang, bila tertelan setiap hari, tidak akan menunjukkan gejala keracunan. ADI dinyatakan dalam miligram per kilogram berat badan (mg/kg bb).
Apa gunanya? Nantinya, ADI akan digunakan, antara lain, utk menentukan tingkat residu maksimum (maximum residue level, MRL) yg diizinkan pada hasil pertanian.
Contoh:
ADI mankozeb adalah 0,05 mg/kg bb, artinya kita tidak akan keracunan kalau kita setiap hari menelan sayuran yang mengandung residu mankozeb, asal jumlah mankozeb yg kita telan tidak melebihi 0,05 mg/kg bb. Kalau berat badan kita 60 kg, maka kita aman kalau setiap hari menelan 0,05 X 60 = 3 mg mankozeb. Nah agar setiap hari asupan mankozeb tidak melebihi 3 mg, maka diaturlah berapa residu mankozeb maksimum yg diizinkan ada dalam sayuran tsb.
ADI dikembangkan dari pengujian seumur hidup pada hewan uji (misalnya tikus dsb). Dari pengujian ini akan diperoleh angka NOAEL (No Observable Adverse Effect Level) yakni jumlah asupan (mg/kg bb) yang tidak menimbulkan efek menyimpang yang dapat diamati, pada hewan uji. Misalnya tikus tidak memperlihatkan gejala keracunan bila diberi mankozeb 5 mg/kg berat badan tikus setiap hari seumur hidup tikus. Maka dikatakan bahwa NOAEL mankozeb untuk tikus adalah 5 mg/kg bb. Asupan diatas 5 mg akan menyebabkan tikus keracunan.
NOAEL / NOEL pengujiannya dilakukan secara terus-menerus, setidaknya selama 3 bulan. Biasanya rata-rata 9 bulan (toksisitas jangka pendek) dan 21 bulan (toksisitas jangka panjang). Hewan uji yg umum digunakan, yaitu tikus, kelinci, marmut atau anjing.
Untuk mendapatkan ADI (untuk manusia), maka angka NOAEL ini dikoreksi dengan faktor keselamatan (safety factor), misalnya (TIDAK SELALU) 100. Jadilah ditetapkan ADI mankozeb utk manusia 5 ÷ 100 = 0,05 mg/kg bb.
Catatan: kadang NOAEL dinyatakan dalam mg/kg diet.
Artikel ini disadur dari status facebook pakar pestisida Indonesia Bapak Panut Djojosumarto