fbpx

Penyakit bulai masih menjadi kendala utama di tanaman jagung

Usaha peningkatan produksi jagung menuju swasembada pangan yang terus digalakkan oleh pemerintah mendorong budidaya jagung secara besar-besar di hampir semua wilayah potensi jagung mulai dari Sumatera – Papua. Pemeliharaan yang relatif lebih mudah dibandingkan dengan padi menyebabkan banyak petani tertarik untuk menanam jagung, selain itu harga jagung juga masih sangat menguntungkan di tingkat petani.
Penanaman jagung yang terus menerus sepanjang tahun menyebabkan luasan serangan penyakit semakin luas, bahkan beberapa daerah sudah menjadi daerah endemis penyakit, terutama penyakit bulai.
Penyakit bulai yang disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora dapat menyebabkan penurunan produksi sampai 100 %. hingga saat ini penyakit bulai masih menjadi kendala utama di sentra-sentra produksi jagung.
Peningkatan suhu dan kelembaban juga mendorong percepatan perkembangbiakan dan penyebaran spora bulai melalui media udara, tanah ataupun benih. Ciri umum yang ditimbulkan dari serangan bulai adalah munculnya butiran putih pada daun yang merupakan spora cendawan pathogen tersebut. Penyakit ini menyerang pada tanaman jagung varietas rentan hama penyakit dan umur muda (1-2 MST) maka kehilangan hasil akibat infeksi penyakit ini dapat mencapai 100% (Puso). Masa kritis tanaman jagung terserang bulai berlangsung sejak benih ditanam hingga usia 40 hari.
Untuk daerah endemis biasanya petani takut untuk mengeluarkan uang yang lebih banyak sebelum yakin tanaman mereka bebas bulai, sehingga mereka akan terlambat memberi pupuk ataupun melakukan pengendalian gulma.
Sejumlah daerah di Indonesia seperti Bengkayang, Kalimantan Barat, Kediri Jawa Timur dan Sumatera Utara dilaporkan telah menjadi daerah endemic bulai. Upaya pencegahan yang dilakukan petani melalui perlakuan benih dengan fungisida berbahan aktif metalaksil dilaporkan tidak membawa hasil karena adanya efek resistensi atau kekebalan terhadap bahan aktif tersebut.

Gejala Serangan Penyakit Bulai

Gejala khas bulai adalah adanya warna khlorotik memanjang sejajar tulang daun dengan batas yang jelas antara daun sehat. Pada daun permukaan atas dan bawah terdapat warna putih seperti tepung dan ini sangat jelas pada pagi hari. Selanjutnya pertumbuhan tanaman jagung akan terhambat, termasuk pembentukan tongkol, bahkan tongkol tidak terbentuk, daun-daun menggulung dan terpuntir serta bunga jantan berubah menjadi massa daun yang berlebihan

Penyebab dan Sebaran Penyakit Bulai

Penyebab penyakit bulai di Indonesia ada tiga jenis spesis yaitu Peronosclerospora maydis, P. phillipinensis dan P. sorghi. Lokasi penyebaran dan identifikasi sepsis  Peronosclerospora spp. telah diketahui di 20 Kabupaten dan kota di Indonesia. P. maydis umumnya menyerang tanaman jagung di Pulau Jawa seperti Jawa Timur, Jawa Tengah dan DIY. P. philipinensis banyak  Menyerang tanaman jagung di Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan sampai Sulawesi Utara, sedangkan P. sorghi banyak ditemukan di Tanah Karo Sumatera Utara dan Batu-Malang.
Daerah Sebaran Penyakit Bulai

Siklus Penyakit Bulai

Proses infeksi cendawan Peronosclrospora spp. dimulai dari konidia jatuh dan tumbuh di permukaan daun jagung serta berkembang membentuk appressoria lalu masuk ke dalam jaringan tanaman muda melalui stomata, selanjutnya terjadi lesion lokal dan berkembang sampai ke titik tumbuh, menyebabkan infeksi sistemik sehingga terbentuk gejala bulai.
Beberapa jenis inang alternatif penyakit bulai selain tanaman jagung di antaranya adalah Avena sativa, Digitaria spp., Euchlaena spp., Heteropogon contartus, Panicum spp., Setaria spp., Saccharum spp., Sorghum spp., Pennisetum spp. dan Zea mays.
 

Pengendalian Penyakit Bulai

Sampai saat petani masih sangat kesulitan dalam mengendalikan penyakit ini, pengendalian dengan menggunakan seed treatment atau fungisida perlakuan benih yang merupakan salah satu metode pengendalian preventive (Pencegahan) nyatanya belum bisa mengendalikan sampai 100% terutama untuk daerah endemis, selain itu pengendalian dengan seed treatment ini tidak bisa bertahan lama atau dilakukan terus menerus dengan menggunakan satu jenis fungisida karena cendawan ini sangat cepat kebal.
sehingga untuk mengurangi tingkat serangan diharapkan menggunakan varietas yang tahan bulai salah satunya dengan menggunakan varietas NK Perkasa yang di beberapa daerah memperlihatkan ketahanan di lapangan di bandingkan dengan beberapa varietas tahan bulain lainnya, selain itu pengaturan jarak tanam yang tidak terlalu rapat sehingga sirkulasi udara dapat berjalan juga bisa menurunkan tingkat serangan.
Pada daerah endemis dianjurkan menggunakan pupuk majemuk, penggunaan pupuk dengan kandungan N (Nitrogen) yang tinggi seperti urea dan ZA dapat meningkatkan serangan.
Para petani juga harus jeli dalam melihat kondisi pertanaman mereka, jika sudah nampak gejala serangan di pertanaman, sebaiknya lakukan eradikasi untuk tanaman sakit yaitu dengan mencabut tanaman yang terserang kemudian dibakar agar sporanya mati dan tidak menyebar.
Pergiliran tanaman jagung dengan bukan tanaman serelea misalnya kacang-kacangan dan penanaman yang serempak juga bisa memutus siklus hidup penyakit ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *