Sama seperti jamur, bakteri juga bisa digunakan sebagai agen hayati dalam pengendalian OPT tanaman perbedaan utama dengan jamur agen hayati dan bakteri adalah bakteri umumnya harus dimakan dan masuk ke dalam saluran cerna serangga terlebih dahulu untuk menginfeksi inangnya.
Bakteri penyebab penyakit serangga umumnya dibagi ke dalam kelompok besar, yakni bakteri yang tidak membentuk spora dan bakteri yang membentuk spora. Kebanyakan spesies bakteri entomopatogen yang diisolasi dari serangga yang sakit adalah bakteri yang tidak membentuk spora. Akan tetapi untuk produksi komersial, bakteri yang membentuk spora lebih mudah (relatif) diformulasi, karena dalam bentuk spora bakteri tidak membutuhkan makanan dan dapat disimpan lebih lama.
Daftar Isi :
Bacillus sphaericus Neide
Bakteri ini terutama digunakan sebagai insektisida biologi di bidang kesehatan masyarakat untuk mengendalikan nyamuk, terutama efektif untuk Culex spp. Bacillus sphaericus isolat 2362 dipilih untuk dikomersialkan karena isolat ini efektif
Bacillus thuringiensis Berliner
B. thuringiensis (Bt) mungkin merupakan insektisida mikrobiologi yang paling luas dikenal. Bakteri gram positif ini dideteksi pertama kali pada tahun 1902 pada larva ulat sutera (Bombyx mori) yang mati. Di Eropa, Bt diketemukan juga diketemukan sebagai penyakit pada bubuk tepung di Thuringen (Jerman). Sejak diketemukannya, memakan waktu 50 tahun sebelum akhirnya diketahui bahwa semacam protein yang dihasilkan ketika bakteri ini mencapai fase sporulasi, bertanggungjawab atas efek insektisidanya. Bacillus thuringiensis (Bt) merupakan patogen (penyebab penyakit) bagi berbagai jenis serangga yang sangat spesifik. Bt merupakan insektisida racun perut. Saat sporulasi, bakteri menghasilkan kristal protein yang mengandung beberapa senyawa insektisida yang bekerja merusak sistem percernaan serangga. Setelah termakan kristal protein ini akan dilarutkan oleh enzym protease, kemudian toksin yang dihasilkan akan terikat pada sel usus tengah (midgut) serangga pada reseptor sipesifik. Racun ini menghancurkan selaput usus serangga, serangga akan berhenti makan dan mati dalam 2 – 3 hari (sumber lain 1 – 4 hari). Dari B. thuringiensis didapat 4 agen toksik, yakni alpha-eksotoksin (enzym fosfolipsa), beta-eksotoksin (suatu nukleotida), gamma-eksotoksin (fosfolipasa) dan delta-endotoksin (parasporal inclusion protein). Setiap toksin terikat pada reseptor
- B. thuringensis subsp. kurstaki Digunakan untuk mengendalikan berbagai larva Lepidoptera, terutama ulat daun kubis (diamond-back moth: Plutella xylostella) pada kubis, dan lepidoptera lainnya pada sayuran dan kehutanan.
- B. thuringiensis subsp. morrisoni isolat Sa-10 dan NovoBtt Dahulu dikenal sebagai Bacillus thuringiensis subsp. tenebrionis atau Bacillus thuringiensis subsp. san diego. Subspesies ini efektif untuk mengendalikan Coleoptera, baik larva maupun serangga dewasa, terutama kumbang kolorado (Leptinotarsa decemlineata) pada tanaman kentang dan Solanaceae lainnya.
- B. thuringiensis subsp. aizawai Beberapa isolat dan konjugat Bacillus thuringiensis subsp. aizawai digunakan untuk mengendalikan larva Lepidoptera, termasuk Spodoptera spp., juga yang sudah resisten terhadap subsp. kurstaki.
- B. thuringiensis subsp. japonensis Bacillus thuringiensis subsp. japonensis efektif intuk mengendalikan kumbang tanah pada lapangan rumput dan tanaman hias.
- B. thuringiensis subsp. israelensis Bt. subsp israelensis hanya efektif untuk mengendalikan Diptera, seperti lalat dan nyamuk, di saerah perairan (saluran buangan, dsb.).
Paenibacillus popilliae Newman
Sebelumnya dikenal dengan nama Bacillus popilliae diketemukan oleh pegawai Deptan Amerika. Bakteri ini diisolasi dari Popillia japonica, dan digunakan untuk mengendalikan kumbang ini.
Serratia entomophila Grimont
Bakteri yang dimanfaatkan untuk mengendalikan semacam lundi (uret) dari kumbang Costelytra zealandica) pada padang rumput (turf) di New Zealand.