fbpx ...

Memilih herbisida yang tepat untuk padi pasang surut

Lahan pasang surut atau sawah pasang surut adalah lahan sawah yang tergantung pada air sungai yang dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut sebagai sumber pengairannya. Lahan pasang surut ini biasanya ditemui di daerah pesisir dan lokasi tertentu seperti di Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Pada saat musim kemarau lahan ini biasanya dimanfaatkan untuk pertanian terutami padi sawah, biasanya antara bulan Juli –  November, sedangkan pada saat musim hujan lahan ini memiliki debit air yang tinggi sehingga tidak bisa ditanami.

Vegetasi gulma pasang surut sebenarnya beragam ada 181 jenis gulma yang ditemukan terdiri atas 125 jenis dalam 51 famili, antara lain 110 jenis gulma dari golongan berdaun lebar ,41 jenis dari golongan berdaun sempit ,dan 31 jenis dari golongan teki. Gulma Purun Tikus (Eleochairs dulcis) dan Eleochairs retroflalxa merupakan jenis dominan dan digunakan sebagai penciri lahan sulfat masam. Suksesi jenis gulma di lahan rawa pasang surut berlangsung karena perubahan lingkungan tumbuh terutama pH tanah disebabkan pengelolaan lahan dan penerapan teknologi budidaya.

Kondisi lahan yang tergenang hampir sepanjang tahun menyebabkan vegetasi gulma yang tumbuh juga beragam, tergantung luapan, karena lahan yang selalu tergenang maka lahan pasang surut didominasi oleh gulma air seperti eceng, jajagoan dan semanggi. Keberadaan gulma dalam pertanian pasang surut adalah masalah utama, karena dominasi dan vegetasi yang cukup tebal sehingga penggendalian dengan cara manual susah dilakukan, demikian juga dengan penggunaan mesin mekanik akan terkendala karena lahan yang selalu tergenang.

Untuk persiapan lahan pengendalian gulma lahan pasang surut umumnya dilakukan dengan menggunakan herbisida, selain efisien penggunaan herbisida juga terbukti efektif dalam pengendalian berbagai jenis gulma yang tumbuh di lahan pasang surut. Karena kondisi lahan yang selalu basah dan tergenang penggunaan herbisida kontak dengan bahan aktif paraquat sangat direkomendasikan untuk digunakan salah satu contohnya adalah penggunaan Gramoxone 276 SL yang banyak dijumpai digunakan oleh petani padi pasang surut.

Penggunaan herbisida sistemik seperti glyphosat kurang efektif pada kondisi lahan tergenang karena akan menghambat translokasi glyphosat pada jaringan tanaman dan membutuhkan waktu untuk dapat diserap oleh gulma, apalagi ketika msuim hujan, persiapan lahan dengan menggunakan herbisida memiliki tantangan tersendiri. Penggunaan glyphosat membutuhkan waktu sekitar 4-6 jam agar diserap oleh gulma, kondisi basah memungkinkan gulma memiliki respon yang kurang maksimal, sehingga tingkat pengendalian tidak maksimal.

Paraquat terutama Grmoxone terbukti di lapangan hanya membutuhkan 15 menit tanpa hujan (rain-fastness), agar
dapat bekerja dengan optimal. Sehingga penggunaan paraquat lebih efektif digunakan pada lahan tergenang seperti lahan pasang surut apalagi pada saat kondisi musim hujan.

Tidak semua lahan pasang surut selalu tergenang, sebagai daerah terutama yang berada di ketinggian lahannya sering kering, pada kondisi ini managemen pengendalian gulma yang tepat adalah menggabungkan antara penggunaan Glyphosat dan Paraquat, adapun teknik pengendaliannya bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut :

  1. Semprotan pertama: Penggunaan herbisida glyphosat bisa menggunan Herbisida TouchdownNeo 480 SL (biasanya dicampur dengan Metil Metsulfuron atau Triklopir), untuk mengendalikan gulma jenis pakis dan paku-pakuan
  2. Semprotan kedua: 30 hari setelah aplikasi pertama dengan menggunakan herbisida TouchdownNeo 480 SL dengan bahan aktif glyphostat, dapat dilanjutkan dengan menggunakan herbisida paraquat  Gramoxone 276 SL,  hal ini bertujuan untuk mengendalikan semua gulma yang tidak dikendalikan oleh glyphosat. Satu atau dua minggu setelah aplikasi herbisida Gramoxone 276 SL baru masuk ke waktu tanam.

Originally posted 2021-11-03 03:38:01.